Rabu, 24 Juni 2009

askep kanker hati

A. PENGERTIAN
Tumor ganas primer pada hati yang berasal dari sel parenkim atau epitel saluran empedu atau metastase dari tumor jaringan lainnya. Sinonim dari hepatoma adalah carcinoma hepatoselluler.

B. ETIOLOGI
1. Virus Hepatitis B dan Virus Hepatitis C
2. Sirosis hati
3. Bahan-bahan Hepatokarsinogenik :
 Aflatoksin
 Alkohol
 Steroid anabolik
 Vinil chloride
 Penimbunan zat besi yang berlebihan dalam hati (Hemochromatosis)

C. PATOFISIOLOGI
Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama / menahun. Khususnya yang disebabkan oleh alkoholik dan postnekrotik. Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak. Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Hal ini benar, khususnya untuk keganasan pada saluran pencernaan, tetapi banyak tumor lain juga memperlihatkan kecenderungan untuk bermestatase ke hati, misalnya kanker payudara, paru-paru, uterus, dan pankreas. Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang luas.

D. MANIFESTASI KLINIK
- penurunan berat badan
- anoreksia
- anemia
- nyeri abdomen
- hepatomegali
- jaundice
- ascites

E. DIAGNOSIS
1. Laboratorium
Allfaphetoprotein > 500 nanogram/ml
2. Radiologi :
Ultrasonografi (USG), CT-Scan, Rontgen

F. PENATALAKSANAAN
Pengobatan tergantung dari saat diagnosa ditegakkan.
1. Pembedahan
2. Pemberian kemoterapi secara infus
3. Penyinaran















ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Keluhan berupa nyeri abdomen, kelemahan dan penurunan berat badan, anoreksia, rasa penuh setelah makan terkadang disertai muntah dan mual. Bila ada metastasis ke tulang penderita mengeluh nyeri tulang.
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan
1. Gangguan metabolisme
2. Perdarahan
3. Asites
4. Edema
5. Hepatomegali
6. Jaundice/icterus
7. Aktivitas terganggu

B. DIAGNOSA
1. ketidak seimbangan nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual, gangguan absorbsi, metabolisme vitamin di hati.
INTERVENSI :
1. Pantau masukan makanan setiap hari, beri pasein buku harian tentang makanan sesuai indikasi
2. Dorong pasien utk makan deit tinggi kalori kaya protein dg masukan cairan adekuat. Dorong penggunaan suplemen dan makanan sering / lebih sedikit yg dibagi bagi selama sehari.

RASIONAL :
1. Keefektifan penilaian diet individual dalam penghilangan mual pascaterapi. Pasien harus mencoba untuk menemukan solusi/kombinasi terbaik.
2. Kebutuhan jaringan metabolek ditingkatkan, begitu juga cairan ( untuk menghilangkan produksi sisa ). Suplemen dapat memainkan peranan penting dlm mempertahankan masukan kalori dan protein adekuat.

2. Nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding perut ( asites )
INTERVENSI :
1. Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi , frekwensi, durasi dan intensitas ( 0-10 ) dan tindakan penghilang rasa nyeri misalkan berikan posisi yang duduk tengkurap dengan dialas bantal pada daerah antara perut dan dada.
2. Berikan tindakan kenyamanan dasar misalnya reposisi, gosok punggung.
3. kaji tingkat nyeri / kontrol nilai
4. ajarkan pasien untuk melakukan managemen nyeri

RASIONAL :
1. memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan / keefektifan intervensi
2. meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian
3. kontrol nyeri
4. pasien mampu melakukan managemen nyeri secara mandiri ketika nyeri terasa.

3. Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan
INTERVENSI :
1. dorong pasein untuk melakukan apa saja bila mungkin, misalnya mandi, bangun dari kursi/ tempat tidur, berjalan. Tingkatkan aktivitas sesuai kemampuan.
2. pantau respon fisiologi terhadap aktivitas misalnya; perubahan pada TD/ frekuensi jantung / pernapasan.
3. beri oksigen sesuai indikasi

RASIONAL :
1. meningkatkan kekuatan / stamina dan memampukan pasein menjadi lebih aktif tanpa kelelahan yang berarti.
2. teloransi sangat tergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi, keseimbnagan cairan dan reaksi terhadap aturan terapeutik.
3. adanya hifoksia menurunkan kesediaan O2 untuk ambilan seluler dan memperberat keletihan.

4. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema dan asites
TUJUAN :
1. Mengedentifikasi fiksi intervensi yang tepat untuk kondisi kusus.
2. Berpartisipasi dalam tehnik untuk mencegah komplikasi / meningkatkan penyembuhan

INTERVENSI :
1. Kaji kulit terhadap efek samping terapi kanker. Perhatikan kerusakan atau perlambatan penyembuhan .
2. Mandikan dengan air hangat dan sabun
3. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering dari pada menggaruk.
4. Balikkan / ubah posisi dengan sering
5. Anjurkan pasein untuk menghindari krim kulit apapun ,salep dan bedak kecuali ada indikasi

RASIONAL :
1. Efek kemerahan atau reaksi radiasi dapat terjadi dalam area radiasi dapat terjadi dalam area radiasi. Deskuamasi kering dan deskuamasi kering,ulserasi.
2. Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.
3. Membantu mencegah friksi atau trauma fisik.
4. Untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit/ jaringan yang tidak perlu.
5. Dapat meningkatkan iritasi atau reaksi secara nyata.

C. EVALUASI
1. BB ideal, pertambahan berat badan ke arah yang ideal
2. Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien mampu melakukan managemen nyeri mandiri
3. Dapat melakukan aktifitas secara optimal
4. Tidak timbul gejala kerusakan integritas kulit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar