Minggu, 28 Juni 2009

askep emfisema

A. PENGERTIAN
Emfisema merupakan suatu keadaan pengembangan paru dengan udara berlebihan (erasi berlebihan) yang mengakibatkan pelebaran atau pecahnya alveolus.

Emfisema adalah suatu perubahan anatomis paru-paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara sebelum distal bronkus terminal disertai dengan kerusakan dinding alveolus.

Jenis-jenis emfisema :
1. Alveolus Sentrio Lobular (CLE)
Pelebaran dan kerusakan terjadi pada bagian bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan daerah sekitar asinus
2. Emfisema Panlobular
Ganbaran khasnya adalah tersebar merata di semua paru-paru
3. Irregular
Kerusakan pada parenkim paru tanpa menimbulkan kerusakan pada asinus

Emfisema dapat bersifat :
1. Emfisema Kompensatorik
Jenis ini dapat bersifat akut atau kronik, tejadi di bagian paru yang masih berfunsi karena ada bagian paru lain yang tidak atau kurang berfungsi. Misalnya karena pneumonia, pneumothoraks atau atelaktasis
2. Emfisema Obstruktif
Terjadi karena tertutupnya lumen bronkus atau bronkiolus yang tidak menyeluruh.

B. ETIOLOGI
Beberapa hal yang dapat menyebabkan emfisema paru yaitu :
1. Rokok
Rokok secara patologis dapat menyebabkan gangguan pergerakan silia pada jalan nafas, menghambat fungsi makrofag alveolar, menyebabkan hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus bromkus
2. Polusi
Polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan emfisema. Insiden dan angka kematian emfisema bisa dikatakan selalu lebih tinggi di daerah yang padat industrialisasi, polusi udara seperti halnya asap tembakau, dapat menyebabkan gangguan pada silia menghambat fungsi makrofag alveolar.
3. Infeksi
Infeksi saluran nafas akan menyebabkan kerusakan paru lebih berat. Penyakit infeksi saluran nafas seperti pneumonia, bronkiolitis akut dan asma bronkiale, dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas, yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya emfisema.
4. Genetik
5. Paparan Debu

C. PATOFISIOLOGI
Emfisema paru merupakan suatu pengembangan paru disertai perobekan alveolus-alveolus yang tidak dapat pulih, dapat bersifat menyeluruh atau terlokalisasi, mengenai sebagian tau seluruhparu.

Pengisian udara berlebihan dengan obstruksi terjadi akibat dari obstrusi sebagian yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari dalam alveolus menjadi lebih sukar dari pemasukannya. Dalam keadaan demikian terjadi penimbunan udara yang bertambah di sebelah distal dari alveolus.

Pada emfisema terjadi penyempitan saluran nafas, penyempitan ini dapat mengakibatkan obstruksi jalan nafas dan sesak, penyempitan saluran nafas disebabkan oleh berkurangnya elastisitas paru-paru.






E. MANIFESTASI KLINIK
1. Batuk
2. Sputum putih, jika ada infeksi menjadi purulen atau mukopurulen
3. Sesak sampai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan
4. Nafas terengah-engah disertai dengan suara seperti peluit
5. dada berbentuk seperti tong, otot leher tampak menonjol, membungkuk
6. Bibir tampak kebiruan
7. Berat badan menurun akibat nafsu makan menurun
8. Batuk menahun


F. KOMPLIKASI
1. Sering mengalami infeksi pada saluran pernafasan
2. Daya tahan tubuh kurang sempurna
3. Tingkat kerusakan paru semakin parah
4. Proses peradangan yang kronis pada saluran nafas
5. Pneumonia
6. Atelaktasis
7. Pneumothoraks
8. Meningkatkan resiko gagal nafas pada pasien

G. PENATALAKSANAAN

1. Pencegahan
 Tidak merokok
 Menghindari debu maupun asap polutan lain
2. Terapi Medis
 Derivat xantin
Sejak dulu obat golongan teofilin sering digunakan pada pasien emfisema
 β2 golongan agonis
Obat ini menimbulkan bronkodilatasi, obat yang tergolong β2 agonis adalah terbutalin, metaproterenol dan albuterol.
 Antikolinergik
Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor kolinergik sehingga menekan enzim guanilsiklase.
 Kortikosteroid
Manfaat kortikosteroid pada pengobatan obstruksi jalan nafas pada emfisema masih diperdebatkan, obat yang termasuk di dalamnya adalah dexametason, prednison dan prednisolon.
 Ekspektoran dan mukolitik
Usaha untuk mengurangi dan mengeluarkan mukus merupakan yang utama dan penting pada pengelolaan emfisema. Ekspektoran dan mukolitik yang biasa dipakai adalah bronhoksin dan karboksi metil sistein diberikan pada keadaan eksaserbasi.
 Antibiotik
Penanganan infeksi yang cepat dan tepat sangat perlu dalam penatalaksanaan penyakit. Antibiotik yang bermanfaat adalah golongan penisilin, eritromisin, kotrimoksazol, biasanya diberikan 7-10 hari.
3. Terapi Oksigen
Pemberian oksigen konsentrasi rendah 1-3 liter/menit secara terus menerus memberikan perbaikan psikis, koordinasi obat dan toleransi beban kerja.
4. Latihan Fisik
Latihan fisik yang biasa dilakukan
 Memutar badan ke kiri dan ke kanan dilanjutkan membungkuk ke depan dan belakang
 Latihan dilakukan 5-30 menit selama 15-30 menit selama 4-7 hari/minggu
 Dapat juga dilakukan olahraga ringan naik turun tangga
5. Rehabilitasi
Misalnya bila istirahat lebih baik duduk daripada berdiri atau dalam melakukan pekerjaan harus lambat tetapi teratur
6. Fisioterapi
 Postural Drainase
Salah satu tehnik membersihkan jalan nafas akibat akumulasi sekresi dengan cara penderita diatur dalam berbagai posisi untuk mengluarkan sputum dengan bantuan gaya gravitasi
 Breathing Exercise
Dimulai dengan menarik nafas melalui hidung dengan mulut tertutup kemudian menghembuskan nafas melalui bibir dengan mulu mencucu. Posisi yang dapat digunakan adalah tidur terlentang dengan kedua lutut atau kaki ditinggikan, duduk di kursi atau tempat tidur, bisa juga dilakukan dengan berdiri. Tujuannya untuk memperbaiki ventilasi alveoli, menurunkan pekerjaan pernafasan, meningkatkan efisiensi batuk, mengatur kecepatan pernafasan, mendapatkan relaksasi otot-otot dada dan bahu dalam sikap normal dan memelihara pergerakan dada.
 Latihan Batuk
Merupakan cara yang paling efektif untuk membersihkan laring, trakhea dan bronkioli dari sekret atau benda asing
 Latihan Relaksasi

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi
 Foto Thoraks
Pada emfisema paru, foto thoraks menunjukkan adanya overinflasi dengan gambaran diafragma yang rendah dan datar, penciutan pembuluh darah pulmonal dan penambahan corakan ke distal.
2. Pemeriksaan Fungsi Paru
3. Pemeriksaan Gas Darah
4. Pemeriksaan EKG
5. Pemeriksaan Laboratorium Darah (Kadar Leukosit)

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
 Riwayat Kesehatan
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah pasien sebelumnya pernah sakit seperti yang dialami saat ini, klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, penyakit yang sering diderita pasien dan pernahkah pasien menjalani operasi.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada keluarga pasien yang memiliki penyakit terutama penyakit menular dan keturunan
- Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama atau keadaan yang ditemukan saat melakukan pengkajian. Seperti apakah klien merasakan sesak nafas, batuk dan lain-lain
- Riwayat Kesehatan lingkungan
Bagaimana kebersihan dan bahaya di tempat tinggalnya
 Pemeriksaan Fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi paru.
2. Diagnosa Keperawatan
 Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan dyspnea, adanya penimbunan sekret/sputum
 Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen




























Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan dyspnea dan adanya penumpukan sekret/sputum Adanya perbaikan dalam pertukaran gassetelah dilakukan tindakan keperawatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar